Powered By Blogger

Assallamualaikum....

selamat datang...
terimakasih bagi anda
yang telah
membuka situs web kami.
semoga apa yang kami
tampilkan dapat bermanfaat
bagi kehidupan anda.
Terimakasih.....

Rabu, 09 Juni 2010

MAKALAH TENTANG STRATEGI MEMBANGUN MOTIVASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UAS Pada Mata Kuliah
Belajar & Pembelajaran







Disusun Oleh :
Diwan Indrawan
208204177
PGMI A








JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURURAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kita masih diberi kesehatan dan kenikmatan. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, tabi’it-tabi’itnya dan kepada kita semua.
Alhamdulilah saya telah menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Strategi Membangun Motivasi dalam Proses Pembelajaran” dengan sebaik-baiknya guna untuk memenuhi salah satu tugas UAS mata kuliah Belajar & Pembelajaran.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua khususnya bagi penulis. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan kekurangan pada makalah ini. Saran dan kritik saya terima dengan senang hati
Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.




Penulis













BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan pergeseran makna pembelajaran, dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan kreator.
Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangka lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy".
Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud strategi ?
2. Apa pengertian dari motivasi ?
3. Srtategi apa saja yang harus dilakukan untuk membangun motivasi dalam proses pembelajaran ?



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Dalam Proses Pembelajaran
Strategi ialah upaya untuk melakukan sesuatu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan sangat matang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau dicapai. Strategi dalam pembelajaran ialah tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
B. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseoarang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, dan didalam motivasi tersebut terdapat tiga komponen yakni motivasi itu diawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Istilah motivasi juga bisa di dapat dari bahasa latin movere yang berarti "menggerakkan". WS. Winkel berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak yang telah menjadi aktif (Winkel, 1987:93). Sedangkan Donald (dalam Sumanto) menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan (Sumanto, 1990). W. Podkowiki (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
C. Strategi membangun motivasi dalam proses pembelajaran
Kita sebagai pendidik harus mempunyai strategi khusus agar peserta didik mempunyai keinginan untuk belajar. Wina Senjaya (2008) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Dia mengemukakan bahwa ada tujuh strategi petunjuk umum yang bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain :
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
2. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar, dengan cara hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa (berkaitan dengan life skill).
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.
5. Berikan penilaian
Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antarindividu. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Masalah motivasi adalah masalah/faktor yang penting bagi peserta didik. Apakah artinya anak didik - mahasiswa pergi sekolah/kuliah tanpa motivasi untuk belajar. Hanya saja tentang motivasi, memang sangat bervariasi dari segi tinggi rendahnya maupun jenisnya, macamnya, maka tugas guru adalah mengkondisikan potensi motive itu untuk terkonsentrasi pada belajar.
Adapun ungkapan motivasi terendah meningkat pada tingkatan yang tinggi oleh Abraham Maslow di antaranya, motivasi yang berakar pada kebutuhan untuk mewujudkan diri, ingin mengembangkan diri sesuai dengan bakat, hal-hal yang berhubungan dengan penambahan ilmu pengetahuan, status sosial dan perbuatan pribadi (Suardiman, 1991: 97). Keller telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, Suciati, dkk (2001) maka setiap guru/dosen berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip motivasi di atas dalam proses pembelajaran, mengingat kunci untuk mengkondisikan siswa/mahasiswa dalam pembelajaran adalah guru/dosen.
Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut:
- Attention (perhatian)
- Relevance (relevansi)
- Confidence (kepercayaan diri)
- Satisfaction (kepuasan) Atau ARSC model
Ada beberapa cara untuk menumbuhkam motivasi, diantaranya :
1. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
2. Menjelaskan secara kongkrit kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3. Memberi gambaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik,
5. Membantu kesulitan belajar secara individu/kelompok.
6. Menggunakan metode yang bervariasi.
Perhatian dari siswa sangatlah penting, guna terciptanya suasanan belajar yang baik. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat perhatian siswa, yaitu :
1. Gunakan metode penyampaian yang bervariasi ( diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus).
2. Gunakan media (transparasi, film, video tape) untuk melengkapi penyampaian,
3. Bila dirasa tepat gunakan humor dalam menyampaikan pembelajaran
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan.
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa (Suciati, 56).
Menurut John Holf (1967) belajar semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri,
2. Memberikan contoh-contoh
3. Mengenalkan dalam berbagai suasana dan kondisi.
4. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain.
5. Menggiinakannya dengan berbagai cara-
6. Memperkirakan bberapa kpnsekuensinya
7. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya.
Model belajar aktif menciptakan gabungan yang paling bagus untuk peserta didik sekarang. Agar lebih efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal sebagai berikut:
1. Diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian).
2. Presentasi kelas dan berdebat
3. Latihan pengalaman, pengalaman lapangan
4. Simulasi dan studi kasus
















BAB III
SIMPULAN

Strategi ialah upaya untuk melakukan sesuatu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan sangat matang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau dicapai. Strategi dalam pembelajaran ialah tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Istilah motivasi di dapat dari bahasa latin movere yang berarti "menggerakkan". WS. Winkel berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak yang telah menjadi aktif. Sedangkan Donald (dalam Sumanto) menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.
Ada beberapa strategi dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar, yaitu :
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
2. Membangkitkan minat siswa
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
5. Berikan penilaian
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa











DAFTAR PUSTAKA

Suciati dkk, Teori Belajar dan motivasi, 2001, Proyek pengembangan UT Ditjen, PT. Dep. Pendidikan Nasional.
Syaiful Bahri Djamari. Strategi belajar mengajar, 2002, Rineka Cipta, Jakarta.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, 2000 Bumi Aksara, Jakarta.
http/www.google.com

Sabtu, 05 Juni 2010

MAGNET DAN LISTRIK

MAKALAH



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UAS
Pada mata kuliah Konsep Dasar IPA









Disusun Oleh :

Enceng Maki Munawar
NIM : 208204181




( PGMI A / III )
Jurusan Pendidikan Madrasah Ibyidaiyah
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas UAS pada mata kuliah Konsep Dasar IPA.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan penulis. Namun, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk manambah pengetahuan mengenai Pengetahuan tentang Magnet dan Listrik, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi yang membaca.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan apabila penulis tidak mandapatkan bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini. Untuk itu, tiada kata yang ingin penulis ucapkan selain ucapan Alhamdulillah dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.






Bandung, 23 Desember 2009



Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Magnet …………………………………………………………….2
B. Kemagnetan Bumi 7
C. Medan Magnet Disekitar Arus Listrik 8
D. Gaya Lorentz 10
E. Hukum Coulomb 12
F. Medan Magnet 13
BAB III : SIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA





















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era teknologi yang serba modern ini magnet dan listrik memegang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengembangan sains, telah terbukti berhasil membuat alat transportasi yang menggunakan magnet dan listrik yang jenis dan modelnya pun bermacam-macam. Magnet dal listrik banyak sekali digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari seperti alat-alat rumah tangga da alat-alat komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Agar mempermudah penulisan, maka penulis membuat rumusan masalah yang sesederhana mungkin guna menghindari terjadinya kesimpangan dalam makalah ini. Rumusan tersebut diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan medan magnet dan medan listrik ?
2. Bagaimana cara membuat magnet ?
3. bagaimana prinsip Gaya Lorentz ?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Magnet

Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.
Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau magnet tidak tetap. Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah magnet buatan.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan (south/ S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub.
Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet.
Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik pada Satuan Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber. 1 weber/m^2 = 1 tesla, yang mempengaruhi satu meter persegi.
Medan adalah suatu daerah (ruang) dimana setiap titik pada daerah itu mempunyai harga (besar atau besar dan arah).
Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik yang bergerak lainnya. (Putaran mekanika kuantum dari satu partikel membentuk medan magnet dan putaran itu dipengaruhi oleh dirinya sendiri seperti arus listrik; inilah yang menyebabkan medan magnet dari ferromagnet "permanen"). Sebuah medan magnet adalah medan vektor: yaitu berhubungan dengan setiap titik dalam ruang vektor yang dapat berubah menurut waktu. Arah dari medan ini adalah seimbang dengan arah jarum kompas yang diletakkan di dalam medan tersebut.
a. Timbulnya medan magnet
 Medan magnet oleh benda magnetic
Suatu magnet (misalnya magnet batang) akan menimbulkan medan magnet di sekitarnya.Arah garis magneticnya adalah dari kutub U menuju ke kutub S.
 Medan magnet oleh muatan bergerak
Pendatapan Oersted: perpindahan muatan listrik (arus listrik) akan
menimbulkan medan disekitarnya.
a) Kawat tidak dialiri arus listrik,magnet jarum tetap.
b) Kawat dialiri arus dari selatan,magnet jarum menyimpang ke kiri.
c) Kawat dialiri arus listik dari utara,magnet jarum ke atas.
 Medan magnet oleh kawat lurus berarus
Besar induksi magnet yang ditentukan oleh kawat penghantar berarus listrik di rumuskan oleh Bit Savart.
 Medan magnet oleh kawat melingkar berarus
Sebuah kawat penghantar berbentuk lingkaran
 Medan magnet oleh solenodia dan toroida
1. Sifat-Sifat Magnet
Hasil kerja Maxwell telah banyak menyatukan listrik statis dengan magnetisme, yang menghasilkan sekumpulan dari empat persamaan mengenai kedua medan tersebut. Namun, di bawah formula Maxwell, masih ada dua medan yang berbeda yang menjelaskan fenomena berbeda. Einsteinlah yang berhasil menunjukan, dengan relativitas khusus, bahwa medan listrik dan medan magnet adalah dua aspek dari hal yang sama (tensor tingkat 2), dan seorang pengamat bisa merasakan gaya magnet di mana seorang pengamat bergerak hanya merasakan gaya elektrostatik. Dengan demikian, menggunakan spesial relativitas, gaya magnet adalah manifestasi dari gaya elektrostatik dari muatan listrik yang bergerak, dan bisa diprakirakan dari pengetahuan tentang gaya elektrostatik dan gerakan muatan tersebut (relatif terhadap seorang pengamat).
Medan magnet tidak dapat dilihat dengan mata. Namun, keberadaan dan polanya dapat ditunjukkan. Garis-garis yang menggambarkan pola medan magnet di- sebut garis-garis gaya magnet Garis-garis gaya magnet tidak pernah berpotongan satu sama lainnya. Garis-garis gaya magnet keluar dari kutub utara, masuk (menuju) ke kutub selatan. Makin banyak jumlah garis-garis gaya magnet makin besar kuat medan magnet yang dihasilkan. Apapun bentuknya sebuah magnet memiliki medan magnet yang digambar berupa garis lengkung.
Dua kutub magnet yang tidak sejenis saling berdekatan pola medan magnetnya juga berupa garis lengkung yang keluar dari kutub utara magnet menuju kutub selatan magnet. Pada dua kutub magnet yang tak sejenis, garis-garis gaya magnetnya keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan magnet lain. Itulah sebabnya dua kutub magnet yang tidak sejenis saling tarik-menarik.
Pada dua kutub magnet yang sejenis, garis-garis gaya magnet yang keluar dari kutub utara masing-masing cenderung saling menolak. Karena arah garis gaya berlawanan, terjadilah tolak-menolak antara garis garis gaya yang keluar kedua kutub utara magnet. Hal itulah yang menyebabkan dua kutub yang sejenis saling menolak.

2. Jenis magnet
a. Magnet tetap
Magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet (berelektromagnetik).
Jenis magnet tetap selama ini yang diketahui terdapat pada:
• Neodymium Magnets, merupakan magnet tetap yang paling kuat.
• Samarium-Cobalt Magnets
• Ceramic Magnets
• Plastic Magnets
• Alnico Magnets
b. Magnet tidak tetap
Magnet tidak tetap (remanen) tergantung pada medan listrik untuk menghasilkan medan magnet. Contoh magnet tidak tetap adalah elektromagnet.
c. Magnet buatan
Magnet buatan meliputi hampir seluruh magnet yang ada sekarang ini.
Bentuk magnet buatan antara lain:
• Magnet U
• Magnet ladam
• Magnet batang
• Magnet lingkaran
• Magnet jarum (kompas)
3. Cara membuat magnet
Cara membuat magnet antara lain:
• Digosok dengan magnet lain secara searah.

• Induksi magnet.

• Magnet diletakkan pada solenoida dan dialiri arus listrik searah (DC).

Bahan yang biasa dijadikan magnet adalah: besi dan baja. Besi lebih mudah untuk dijadikan magnet daripada baja. Tapi sifat kemagnetan besi lebih mudah hilang daripada baja. Oleh sebab itu, besi lebih sering digunakan untuk membuat elektromagnet.
4. Menghilangkan sifat kemagnetan
Cara menghilangkan sifat kemagnetan antara lain:
• Dibakar.
• Dibanting-banting.
• Dipukul-pukul.
• Magnet diletakkan pada solenoida dan dialiri arus listrik bolak-balik (AC).

B. Kemagnetan Bumi
Kamu sudah mengetahui sebuah magnet batang yang tergantung bebas akan menunjuk arah tertentu. Pada bagian ini, kamu akan mengetahui mengapa magnet bersikap seperti itu. Pada umumnya sebuah magnet terbuat dari bahan besi dan nikel. Keduanya memiliki sifat kemagnetan karena tersusun oleh magnet magnet elementer. Batuan-batuan pembentuk bumi juga mengandung magnet elementer.
Bumi dipandang sebagai sebuah magnet batang yang besar yang membujur dari utara ke selatan bumi. Mag- net bumi memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan selatan. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan bumi. Adapun kutub selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara bumi. Magnet bumi memiliki medan magnet yang dapat memengaruhi jarum kompas dan magnet batang yang tergantung bebas.

Medan magnet bumi digambarkan dengan garis-garis lengkung yang berasal dari kutub selatan bumi menuju kutub utara bumi. Magnet bumi tidak tepat menunjuk arah utara-selatan geografis. Penyimpangan magnet bumi ini akan menghasilkan garis-garis gaya magnet bumi yang menyimpang terhadap arah utara-selatan geografis. Adakah pengaruh penyimpangan magnet bumi terhadap jarum kompas?
C. Medan Magnet Disekitar Arus Listrik
Medan magnet di sekitar kawat berarus listrik ditemukan secara tidak sengaja oleh Hans Christian Oersted (1770-1851), ketika akan memberikan kuliah bagi mahasiswa. Oersted menemukan bahwa di sekitar kawat berarus listrik magnet jarum kompas akan bergerak (menyimpang). Penyimpangan magnet jarum kompas akan makin besar jika kuat arus listrik yang mengalir melalui kawat diperbesar. Arah penyimpangan jarum kompas bergantung arah arus listrik yang mengalir dalam kawat.
Gejala itu terjadi jika kawat dialiri arus listrik. Jika kawat tidak dialiri arus listrik, medan magnet tidak terjadi sehingga magnet jarum kompas tidak bereaksi. Perubahan arah arus listrik ternyata juga memengaruhi perubahan arah penyimpangan jarum kompas. Perubahan jarum kompas menunjukkan perubahan arah medan magnet.
Jika arah arus listrik mengalir sejajar dengan jarum kompas dari kutub selatan menuju kutub utara, kutub utara jarum kompas menyimpang berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
Jika arah arus listrik mengalir sejajar dengan jarum kompas dari kutub utara menuju kutub selatan, kutub utara jarum kompas menyimpang searah dengan arah putaran jarum jam. Begitulah menentukan arah medan magnet di sekitar penghantar berarus listrik


1. Pola Medan Magnet di Sekitar Arus Listrik
Gejala penyimpangan magnet jarum di sekitar arus listrik membuktikan bahwa arus listrik dapat menghasilkan medan magnet.
Arah medan magnet yang ditimbulkan arus listrik dapat diterangkan melalui aturan atau kaidah berikut. Anggaplah suatu peng- hantar berarus listrik digenggam tangan kanan. Perhatikan Gambar
Jika arus listrik searah ibu jari, arah medan magnet yang timbul searah keempat jari yang menggenggam. Kaidah yang demikian disebut kaidah tangan kanan menggenggam.
2. Elektromagnetik
Medan magnet yang dihasilkan oleh solenoida berarus listrik tidak terlalu kuat. Agar medan magnet yang dihasilkan solenoida berarus listrik bertambah kuat, maka di dalamnya harus dimasukkan inti besi lunak. Besi lunak merupakan besi yang tidak dapat dibuat menjadi magnet tetap. Solenoida berarus listrik dan dilengkapi de- ngan besi lunak itulah yang dikenal sebagai elektromagnet.
a. Faktor yang Memengaruhi Kekuatan Elektromagnet
Sebuah elektromagnet terdiri atas tiga unsur penting, yaitu jumlah lilitan, kuat arus, dan inti besi.
Makin banyak lilitan dan makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar medan magnet yang dihasilkan. Selain itu medan magnet yang dihasilkan elektromagnet juga tergantung pada inti besi yang digunakan. Makin besar (panjang) inti besi yang berada dalam solenoida, makin besar medan magnet yang dihasilkan elektromagnet. Jadi kemagnetan sebuah elektromagnet bergantung besar kuat arus yang mengalir, jumlah lilitan, dan besar inti besi yang digunakan.
Elektromagnet menghasilkan medan magnet yang sama dengan medan magnet sebuah magnet batang yang panjang. Elektromagnet juga mempunyai dua kutub yaitu ujung yang satu merupakan kutub utara dan ujung kumparan yang lain merupakan kutub selatan.
Dibandingkan magnet biasa, elektromagnet banyak mempu- nyai keunggulan. Karena itulah elektromagnet banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keunggulan elektromagnet antara lain sebagai berikut.
Kemagnetannya dapat diubah-ubah dari mulai yang kecil sampai yang besar dengan cara mengubah salah satu atau ketiga dari kuat arus listrik, jumlah lilitan dan ukuran inti besi.
a. Sifat kemagnetannya mudah ditimbulkan dan dihilangkan dengan cara memutus dan menghubungkan arus listrik menggunakan sakelar.
b. Dapat dibuat berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki.
c. Letak kutubnya dapat diubah-ubah dengan cara mengubah arah arus listrik.
Kekuatan elektromagnet akan bertambah, jika:
a. Arus yang melalui kumparan bertambah.
b. Jumlah lilitan diperbanyak.
c. Memperbesar/memperpanjang inti besi.
b. Kegunaan Elektromagnet
Beberapa peralatan sehari-hari yang menggunakan elektromagnet antara lain seperti : Bel listrik, Relai, Telepon, dan Katrol Listrik
D. Gaya Lorentz
Interaksi medan magnet dari kawat berarus dengan medan magnet tetap akan menghasilkan gaya magnet. Pada peristiwa ini terdapat hubungan antara arus listrik, medan magnet tetap, dan gaya magnet. Hubungan besaran besaran itu ditemukan oleh fisikawan Belanda, Hendrik Anton Lorentz (1853-1928). Dalam penyelidikannya Lorentz menyimpulkan bahwa besar gaya yang ditimbulkan berbanding lurus dengan kuat arus, kuat medan magnet, panjang kawat dan sudut yang dibentuk arah arus listrik dengan arah medan magnet. Untuk menghargai jasa penemuan H.A. Lorentz, gaya tersebut disebut gaya Lorentz. Apabila arah arus listrik tegak lurus dengan arah medan magnet, besar gaya Lorentz dirumuskan.
Dengan: F = B . I . l
F = gaya Lorentz satuan newton (N)
B = kuat medan magnet satuan tesla (T).
l = panjang kawat satuan meter (m)
I = kuat arus listrik satuan ampere (A)
Berdasarkan rumus di atas tampak bahwa apabila arah arus listrik tegak lurus dengan arah medan magnet, besar gaya Lorentz bergantung pada panjang kawat, kuat arus listrik, dan kuat medan magnet. Gaya Lorentz yang ditimbulkan makin besar, jika panjang kawat, kuat arus listrik, dan kuat medan magnet makin besar.
Contoh :
Kawat panjangnya 2 m berada tegak lurus dalam medan magnet 20 T. Jika kuat arus listrik yang mengalir 400 mA, berapakah besar gaya Lorentz yang dialami kawat?
Penyelesaian:
Diketahui: l = 2 m
B = 20 T
I = 400 mA = 0,4 A
Ditanya: F = … ?
Jawab: F = l . I . B
= 2 . 0,4 .20
= 16 N
Arah gaya Lorentz bergantung pada arah arus listrik dan arah medan magnet. Untuk menentukan arah gaya Lorentz digunakan kaidah atau aturan tangan kanan. Caranya rentangkan ketiga jari yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah sedemikian hingga membentuk sudut 90 derajat (saling tegak lurus). Jika ibu jari menunjukan arah arus listrik (I) dan jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet (B) maka arah gaya Lorentz searah jari tengah (F). Dalam bentuk tiga dimensi, arah yang tegak lurus mendekati pembaca diberi simbol. Adapun arah yang tegak lurus menjauhi pembaca diberi simbol.

Gaya Lorentz yang ditimbulkan kawat berarus listrik dalam medan magnet dapat dimanfaatkan untuk membuat alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi gerak. Alat yang menerapkan gaya Lorentz adalah motor listrik dan alat-alat ukur listrik. Motor listrik banyak dijumpai pada tape recorder, pompa air listrik, dan komputer. Adapun, contoh alat ukur listrik yaitu amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter.
E. Hukum Coulomb
Menurut hukum Coulomb, besarnya gaya listrik yang diakibatkan satu muatan dengan muatan yang lain dapat dinyatakan sebagai berikut :
E = k q1 q2
r2
Dimana q1 dan q2 adalah besarnya muatan listrik, r adalah jarak antara q1 dan q2 dan k adalah konstanta. Dalam ruang hampa, nilainya adalah
k = 9.0 x 109 N x m2
Menurut kenyataan nilai k dalam udara cenderung lebih besar. Konstanta k juga dapat dinyatakan dengan :

k = 1
4π٤o
Dimana ٤o adalah permitifitas dalam ruang hampa, dan n ilainza adalah :
٤o = 8.85 x 10 -12 C2
N x m2
Secara lengkap hukum coulomb dapat dinyatakan dengan:
F = 1 . q1 q2
4π٤o r2
Pada muatan sejenis akan terjadi tolak-menolak. Dan muatan tak sejenis akan terjadi gaya tarik-menarik.
Contoh:
Berapakah besar dan arah gaya yang bekerja pada suatu muatan listrik 3x10-9C yang berada 6 cm dari suatu muatan 4x10-9C?
Jawab :
q1 = 3x10 9C
q2 = 4x10 9C
r = 6cm = 6 x 102 m
k = 9.0 x 109 N x m2
menurut hukum coulomb:
F = k q1 q2

= 9.0 x 109 N x m2 x 3 x 10 9C x 4 x 10 9C
(6 x 102 m)2
= 9 x 3 x 4 x 10-9N
36 x 10-4
= 3 x 10-5 N
Jadi, besarnya gaya adalah 3 x 10-5 N dan arahnya meninggalkan muatan 4 x 10-9C.
F. Medan Listrik
Medan listrik adalah suatu daerah dari suatu ruang dimana sebuah muatan listrik berada. Dengan kata lain dapatlah dinyatakan bahwa sebuah muatan listrik akan menimbulkan suatu medan listrik di sekitarnya. Suatu medan listrik dapat dihasilkan oleh satu atau lebih muatan,dapat berupa serba sama atau dapat berbeda besar dan atau arahnya dari suatu tempat ke tempat lain.
Jika muatan q0 pada suatu titik tertentu mengalami gaya F,maka medan listrik pada titik tersebut akan mengikuti hubungan:
E = F
q
atau kuat medan listrik = gaya
muatan
Kuat medan listrik merupakan besaran vektor. Satuan kuat medan listrik adalah newton/coulomb atau N/C, atau lebih umum lagi adalah volt meter (V/M).
F = q E
Gaya = muatan x kuat medan listrik.
Contoh :
Kuat medan listrik dalam lampu neon adalah 6000 V/M.
a) berapakah gaya dari medan yang bekerja pada ion neon yang massanya 4,1 x 10-26kg.
Dan muatannya Q + e ?
b) berapakah kecepatan dari ion ?
Jawab :
(a). Gaya pada ion neon :
F = q E – e E
= 1,6 x 10-19 C x 6 x 103 V/M
= 9,6 x 10-16
(b). Menurut hukum newton II :
F = m a
A = F
m
= 9,6 x 10-16 N
4,1 x 10-26kg
= 2,34 x 1016 m/detik2


1. Potensial Listrik
Beda potensial V antara dua titik dalam suatu medan listrik adalah usaha yang di perlukan untuk membawa satu-satuan muatan listrik dari suatu titik ke titik yang lain. Jadi pernyataan tersebut dapat di rumuskan menjadi :

V = w
q
atau
beda potensial = usaha
muatan
Satuan beda potensial atau potensial listrik adalah volt (V), dimana :
1 volt = Joule
Coulomb
Beda potensial antara dua titik dalam medan listrik homogen ( uniform ) E adalah sama dengan hasil kali E dan jarak s antara titik – titik tersebut dalam arah sejajar E.
Jadi : V = E x s
Jika suatu medan listrik yang biasanya di hasilkan dengan menggunakan suatu beda potensial antara dua pelat logam yang terpisah sejauh s, maka dapat di rumuskan :
E = v
s
atau
kuat medan listrik = beda potensial
jarak
2. Arus Listrik
Apabila dalam suatu konsoktor terjadi muatan listrik maka timbulah arus listrik. Bila ada suatu baterai atau generator,maka arus listrik selalu mengalir dari kutub positif ke kutud negatif.
Arus listrik dalam kawat logam selalu merupakan aliran elektron,dan arus diasumsikan terjadi dengan arah berlawanan dengan arah gerak elektron. Muatan positif dan negatif bergerak jika berada dalam konduktor zat cair atau gas.
Jika muatan listrik melewati titik tertentu dalam suatu konduktor dalam selang waktu t, maka arus dalam konduktor adalah :
I = q
T
Dimana : I = Kuat arus Listrik
q = Muatan Listrik
t = Selang Waktu
Satuannya adalah Amper (A)
Untuk memahami konsep tersebut di atas, maka di pandang perlu untuk memahami istilah konduktor. Konduktor adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik. Lawan konduktor adalah isolator. Dalam hal ini isolator adalah suatu zat yang tidak dapat mengahantarkan listrik.
Perbedaan potensial di antara kedua ujung suatu konduktor akan menimbulkan arus listrik. Dalam konduktor logam kuat arus listrik akan sebanding dengan beda potensial. Hubungan ini dikenal sebagai hukum Ohm,yang bunyinya : kuat arus berbanding lurus dengan beda potensial,dan berbanding terbalik dengan tahanan listrik.
3. Energi Listrik
Besarnya usaha yang dilakukan untuk mempertahankan arus listrik dapat dinyatakan dengan :
P = I V
dimana :
I = arus listrik dalam ampere
V = tegangan (potensial) dalam volt
P = daya dalam watts
Seiring kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari kata – kata daya listrik dirumah anda berapa ? berapa besar penggunaan listrik dirumah anda ? berapa nilai rekening listrik anda ? disini kata daya dapat diartikan sebagai energi.
Jika suatu konduktor dilewati arus listrik maka daya yang dipakai dapat dinyatakan dengan :
P = I V

Menurut Hukum Ohm :
V = I R
Jadi,
P = I V
= I2R
atau :
P = V2
R
Sedangkan usaha : W = p t
Artinya usaha adalah daya yang dipergunakan dalam suatu selang waktu.
Contoh :
Sebuah aki 15 volt dimuati dengan arus 18 A selama 1 jam.
Ditanya :
a). Berapakah daya yang diperlukan untuk memuati aki tersebut ?
b). Berapakah banyak energi yang telah diberikan selama pengisian ?
Jawab :
a). Daya : P = I V = 18 x 15 V
= 270 VA
= 270 watt
b). Energi : W = P t = 270 W x 3600 detik
= 9.72 x 105 Joule

Menurut jenisnya ada dua jenis rangkaian listrik yang sering kita jumpai dalm kehidupan sehari-hari. Kedua jenis rangkaian listrik tersebut adalah:
a. rangkaian arus searah
b. rangkaian arus bolak-balik.
4. Kapasitas Listrik
Suatu Kapasitor merupakan satu sistem penyimpangan energi. Kapasitas dari kapasitor dapat dinyatakan sebagai berikut :

C = Q
V
Dimana C = kapasitansi
Q = Muatan Listrik
V = Beda potensial
Satuan kapasitas adalah farad (F), satu farad = 1 coulumb atau volt
1 mikrofarad = 1µF = 10-6 F
1 pikofarad = 1pF = 10-12F
Suatu muatan 10-6 C pada setiap pelat dari sebuah kapasitpor 1µF akan menghasilkan beda potensial antara dua pelat :
V = Q = 1V
C



















BAB III
SIMPULAN

Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik yang bergerak lainnya. Sedangkan medan listrik adalah suatu daerah dari suatu ruang dimana sebuah muatan listrik berada. Dengan kata lain dapatlah dinyatakan bahwa sebuah muatan listrik akan menimbulkan suatu medan listrik di sekitarnya.
Cara membuat magnet antara lain: digosok dengan magnet lain secara searah, induksi magnet, dan Magnet diletakkan pada solenoida dan dialiri arus listrik searah (DC). Bahan yang biasa dijadikan magnet adalah: besi dan baja. Besi lebih mudah untuk dijadikan magnet daripada baja. Tapi sifat kemagnetan besi lebih mudah hilang daripada baja. Oleh sebab itu, besi lebih sering digunakan untuk membuat elektromagnet.
Prinsip Gaya Lorentz adalah besar gaya yang ditimbulkan Berbanding lurus dengan kuat arus, kuat medan magnet, panjang kawat dan sudut yang dibentuk arah arus listrik dengan arah medan magnet.












DAFTAR PUSTAKA

Eni, Raharjo, 2000, Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung, Sarana Pasca Karya.
Marjukun, 2002, Ilmu pengetahuan Alam, Klaten, Intan Pariwara.
Supriyono Koes, 1999, Konsep-konsep Dasar IPA, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suriyono, 2004, Sains Kelas 6 SD, Jakarta, Sunda Kelapa Pustaka.
Yohanes, Surya, 2003, IPA Dibuat Asyik, Jakarta, Armadelta selaras.
http://alljabbar.wordpress.com/2008/04/06/kemagnetan/
http://id.wikipedia.oeg/wiki/Medan_Magnet

LAPORAN HASIL DISKUSI KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR

I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang


o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional Undang-undang tersebut memuat visi,misi,fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional,untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu,relevan dengan kebutuhan masyarakat,dan berdaya saing dalam kehidupan global.
o Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum Depdiknas yang meliputi melakukan layanan professional,menyusun model- model kurikulum, dan melakukan kajian kebijakan kurikulum,maka perlu diadakan kegiatan pengkajian kebijakan kurikulum Depdiknas.
o Sesuai Renstra Depdiknas tentang penelitian dan pengembangan pendidikan disebutkan bahwa salah satu kegiatan pokok pemerintah adalah implementasi dan penyempurnaan Standar Nasional Pendidikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).Salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan adalah Standar Isi yang memuat struktur kurikulum SD/MI dan SMP/MTs dengan beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik pada satuan pendidikan tersebut. Struktur Kurikulum tersebut selanjutnya dijabarkan atau disesuaikan dan diimplementasikan oleh sekolah dalam kurikulum sekolah.
o Langkah penting dalam setiap kajian adalah melakukan studi dokumentasi dan kajian konsep tentang pengembangan kurikulum dan penerapannya.Kajian ini meliputi konsep dan falsafah dalam sistem pengembangan kurikulum, muatan dan konten kurikulum, perencanaan pembelajaran,pengembangan bahan ajar,sistem pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan dokumen tersebut meliputi dokumen kurikulum, studi perbandingan antar dokumen kurikulum, dokumen perencanaan pembelajaran, dokumen bahan ajar,dokumen pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran.
o Hasil analisis digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hambatan, peluang maupun tantangan dari setiap kurikulum yang diterapkan oleh satuan pendidikan.
Efektivitas implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh praktek pembelajarannya di sekolah dan madrasah atau di tempat belajar.Untuk itu perlu dilakukan diskusi fokus pelaksanaan kegiatan belajar,sumber belajar dan lingkungan pendukungnya di tempat belajar,yang melibatkan berbagai karkateristik setiap satuan pendidikan. Beragamnya kondisi satuan pendidikan sehingga diperlukan data dan informasi komprehensif untuk menjaring data dan informasi perencanaan,praktek pembelajaran dan manajemen pengelolaan pembelajaran oleh satuan pendidikan.
6. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi hasil kajian konsep, kajian dokumen dan pelaksanaan kurikulum.
7. RUANG LINGKUP
Kegiatan ini meliputi Kajian Dokumentasi,Kajian Konsep,dan Pelaksanaanya yang terdiri dari:
1. Hasil kajian kebijakan Program Pembelajaran PAUD
2. Hasil kajian kebijakan pelaksanaan TK/RA
3. Hasil kajian kebijakan Kurikulum MI
4. Hasil kajian kebijakan pelaksanaan SD terpadu
5. Hasil kajian kebijakan pencapaian KTSP SD
6. Hasil kajian kebijakan Kurikulum MTs.
8. HASIL YANG DIHARAPKAN
Kegiatan ini diharapkan akan memperoleh hasil pembahasan terhadap kajian sebagai berikut:
1. Hasil diskusi kajian Kebijakan Program Pembelajaran PAUD
2. Hasil diskusi kajian kebijakan pelaksanaan TK/RA
3. Hasil diskusi kajian Kurikulum SD/MI
4. Hasil diskusi kajian kebijakan pelaksanaan SD terpadu
5. Hasil diskusi kajian kebijakan pencapaian KTSP SD
6. Hasil diskusi kajian kebijakan Kurikulum MTs.

TUJUAN DAN BATAS BATAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

MAKALAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
Pada mata kuliah Ilmu Pendidikan









PGMI A / II
Jurusan Pendidikan Guru Madrasyah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Seseorang disekolahkan oleh orang tuanya tentu agar menjadi seseorang yang cerdas dan berperilaku baik. Itu adalah tujuan diadakannya pendidikan di negara indonesia, yaitu Taqwa, Cerdas dan Terampil.
Dengan tujuan ini sudah seharusnyanya seseorang yang telah memasuki dunia pendidikan harus berbeda dengan orang yang belum pernah mengenyam pendidikan. Perbedaan itu tentu harus terlihat dari ketaqwaan, kecerdasan dan ketrampilannya. Manakala tidak ada perbedaan apalah artinya pendidikan baginya.
Akan tetapi faktanya sekarang antara orang yang bersekolah dengan orang yang tidak bersekolah memiliki akhlak yang lama, dengan demikian bisa dikatakan prows pendidikan di sekeloh-sekolah sekarang gagal. karena tidak bisa memberi pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik. Hal tersebut timbul dikarenakan tujuan pendidikan itu sendiri yang simpang siur, t-idak sedikit sekolah-sekolahan yang tidak mengerti akan tujuan dari pendidikan. Maka dari itu penyusun berusaha untuk mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang sebenarnya dalam bentuk makalah yang diberi judul "TUJUAN DAN BATAS BATAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN".
1.2 Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang masalah tersebut, ada beberapa masalah yang akan dibahas di antaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa saja tujuan dari pendidikan?
3. Bagaimana batas-batas kemungkinan pendidikanan ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peagertiaan Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk rnenyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan pe::cip`,aan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam anti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu " Pedagogics ". Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu " pals " yang artinya anak, dan " again " yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cars sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau " pedagog", dalarn perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara radar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pend dikan berlangsung sampai coati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup daiam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu:
1. Pendidikan ialah prows pengubahan sikap dan tats lake seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).
2. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau prows perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989 ).
3. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001:6 )
4. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah prows dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan Muhibinsyah, 2003:10)
5. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya (Dictionary of Psychology, 1972 ).
6. Dalam arti lugs pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah..Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbuikan tanggung jawab morn dari segala perbuatannya Paerbakawatja dan Harahap, 1981).
7. Menurut John Dewey pendidikan merupakan prows pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
8. Menurut M. Ngalim Purwanto (2000: 11) pendidikan adalah prows usaha disengaja yang diberikan pads anak-anak oleh orang dewasa, dalam rangka mengembangkan perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan
9. Pendidikan adalah usaha radar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prows pembelajaran agar pesertta didik secara ak-tif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).

2.2 Tujuan Pendidikan
Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari masalah apa sebenarnya tujuan pendidikan itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Di Indonesia sendiri, dari masalah pendidikan ini akhirnya muncul polemik-polemik yang harus segera dipecahkan. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya.
Seperti pada umumnya kits semua tahu bahwasannya dahulu pemerintahan belanda (penjajah) mendirikan sekolah-sekolah di Indonesia hanya bagi orang bumi putera (golongan keatas) sangat jauh sekali dengan maksud pemerintahan Indonesia dewasa ini yang banyak sekali mendirikan sekolahsekolah baik di kota-kota besar maupun di pedesaan dengan sasaran seluruh warga Negara Indonesia bukan hanya untuk golongan menengah ke atas saja.
Dahulu ketika pemerintahan VOC tidak sedikit mereka mendirikan sekolah, akan tetapi jelas disini tujuannya bukan amok mempertinggi kebudayaan rakyat ataupun mencerdaskan bangsa Indonesia pada waktu itu, melainkan hanyalah sekedar memenuhi kebutuhan mereka dengan cars memonopoli perdagangan mereka, dilain pihak jugs mereka betmaksud mengembangkan atau menyebarkan agama nasrani (misi - Zending) kepada rakyat jajahannya.
Demikian pula pemerintahan sesudah VOC, yaitu pada pemerintahan hindia belanda mereka mendirikan sekolah-sekolah bukan bertujuan untuk mencerdaskan dan meninggikan mute kehidupan dan kebudayaan rakyat pada masa itu, melainkan hanya ingin mendidik bangsa pribumi untuk dididik sebagai pegawai negeri rendahan dan taat mengabdi pada atasannya. Dengan kata lain pada masa itu pendidikan itu sendiri hanya untuk kepentingan kolonialisme semata.
Berbeda dengan sebelumnya, kini Indonesia sudah merdeka tidak lagi hares meuruti apa yang diinginkan penjajah, zaman pun telah berubah maka dari itu tujuan pendidikan pun berlainn pula, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan kolonialisme semata, akan tetapi lebih luas lagi.
Didalam undang-undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003 disana dikatakan mengenai tujuan pendidikan di indonesia yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Undang-undang Sisdiknas diatas cenderung tereduksi pada masalah pendidikan agama, padahal persoalan yang jauh lebih besar dan mendasar terletak pada filosofi pendidikan yang menjadi roh sisdiknas.
Bila kita melihat dengan teliti undang-undang mengenai Tujuatt Pendidikan Nasional kiranya perlu evaluasi kritis mendalam, sebab rumusan dan konsep tujuan pendidikan nasional akan amat berpengaruh pada implementasi, dinamika, arah, dan pelaksanaan pendidikan. Ujung-ujungnya, mute atau kualitas hash pendidikan nasional. Karma itu, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk bisa bertahan hidup (survive) dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya.
Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Sisdikwts terkesan kurang memiliki visi futuristik ke depan dan hanya berkutat pada kebutuhan dan tuntutan temporal zaman sekarang. Solusi atas masalah temporal yang tersirat pun tampak ironis karena lemahnya persepsi dan filosofi. Sebagai contoh, masalah "dci:adensi moral bar~gsa" yang dijawab dengan "keimanan dan ketakwaan". Bukankah ini bagai pertanyaan "harga kambing berapa?" dijawab dengan "jantarf". Jawaban konseptual yang logis dan to the point kiranya akan mengarah kepada pendidikan budi pekerti (moraUetika), kemandirian, kesadaran, dan kecerdasan.
Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dan dibahas, mengandung filosofi pendidikan yang sudah ketinggalan zaman guna menghadapi tantangan sekarang dan masa depan. Filosofi pendidikan yang ada pada Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang Undang Sisdiknas terkonsentrasi pada aktivitas guru, down atau pendidik. Filosofi pendidikan yang demikian akan mengekaig kemampuan kreativitas peserta didik dan pedagoginya cenderung bersifat naratif dan indoktrinatif. Peserta didik ditempatkan seperti obyek penderita atau gudang yang menyimpan materi berdasar kurikulum yang diajarkan. Ruang kreativitas dan aktualisasi diri peserta didik amat kurang sehingga kreativitas peserta didik berkutat pada nyontek atau mengembangkan metode repetisi bahan-bahan.
Dalam pedagogi naratif dan indoktrinatif, pendidik lebih aktif dalam prows pendidikan sementara peserta didik lebih pasif dan membeo. Peserta didik diperlakukan sebagai pihak yang harus dikembangkan dan dicerdaskan. Pedagogi demikian mengandung filosofi pendidikan yang kurang membebaskan peserta didik dan bersimpangan dengan slam demokrasi, sebab peserta didik ditempatkan pada posisi yang amat lemah seperti pasien di hadapan dokter (bandingkan Henry A Giroux, 1996). Sementara pendidik ditempatkan pada posisi yang amat kuat seperti seorang dokter yang memberi obat dan harus ditelan pasien.
Filosofi pendidikan seperti itu tak memadai lagi, karena peserta didik tidak lagi -zsbagai sentry dalam proses pendidikan. Aktualisasi potensi dan bakat peserta didik menjadi terabaikan. Akibatnya, rasa percaya diri dan kemampuan berekspresi peserta didik kurang diberi ruang untuk berkembang. Padahal, keberhasilan pendidikan bukan terletak pada isi yang diberikan tetapi atmosfer dan proses interaksi, yang dalam pendidikan akan mempengaruhi kreativitas, kecerdasan, mutu dan kualitas yang dihasilkan.
Karena itu, atmosfer pendidikan, poly-poly pikir dan perilaku lebih dibangun melalui filosofi pendidikan yang menjadii jiwa meresapi iklim, suasana, mekanisme sistem, interaksi, dan proses pendidikan. 70 persen keberhasilan pendidikan lebih ditentukan oleh atmosfer pendidikan daripada isi yang diajarkan. Setelah lulus jenjang pendidikan tertentu, peserta didik sudah tidak ingat lagi akan materi yang diajarkan, tetapi poly pikir, metode, poly afeksi, rasa merasa, dan kreativitas yang tumbuh tetap melekat dan terintegrasikan. Dari sudut isi, peserta didik akan mengatakan "we learn anything about nothing" namun dan sudut keberhasilan pendidikan, peserta didik masih teringat akan pengalaman suasana di kelas, suasana interaksi pendidikan yang menumbuhkan sikap dasar, poly pikir, rasa merasa, poly mental, cars memandang, dan kesadaran akan realitas kehidupan.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas mengandung filosofi pendidikan sebagai educare, yang untuk zaman sekarang sudah kurang memadai dan sebaiknya disempurnakan atau dilengkapi. Sebab filosofi pendidikan educare lebih cenderung mau mengajar, melatih dan melengkapi peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan. Karena itu, filosofi pendidikan educare amat memberi penekanan pada materi yang diajarkan, disertai sistem penilaian yang bake dan kaku yang hares dilaksanakan. Proses pendidikan tahap tertentu dianggap selesai dengan hasil ujian dan selesainya pemberian materi.
Tujuan Pendidikan Nasional perlu dirumuskan kembali sehingga memuat secara implisit filosofi pendidikan sebagai educate. Educare berarti membimbing, menuntun, dan memimpin. Filosofi pendidikan sebagai educare ini lebih mengutamakan proses pendidikan yang tidak terjebak pada banyaknya materi yang dipaksakan kepada peserta didik dan harus dikuasai. Proses pendidikan educate lebih nierupakan ak-tivitas hidup untuk menyertai, mengantar, mendampingi, membimbing, memampukan peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai pada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Di sini atmosfer pendidikan mendapat tekanan dan peserta didik diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi diri dan dunianya sehingga berkembang kreativitas, ide, dan keterampilan diri sebagai bagian dari masyarakatnya. Minat dan bakat peserta didik diperlakukan sebagai sentra dan hal yang amat berharga. Peran pendidik lebih sebagai narasumber, pendorong, pemberi motivasi, dan fasilitator bagi peserta didik. Filosofi pendidikan yang demikian ini belum terakomodasi oleh Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang Undang Sisdiknas; padahal filosofi pendidikan educare mengantar pada tumbuhnya kepercayaan diri, kemandirian, kedewasaan dan kecerdasan peserta didik.
Atribut praktis seperti "bertakwa", "berakhlak", "berbudi mulia", "sehat", "berilmu", "cakap", "warga negara yang demokratis" telah menjebak rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi terlalu teknis-praktis, parsial, dan temporal. Tujuan pendidikan nasional periu dijiwai filosofi pendidikan yang menawarkan perennial values yang bersifat universal dan tak lekang oleh perubahan zaman.
Jadi seperti apakah sebenarnya tujuan pendidikan yang harus dicapai pada masa sekarang. Berikut ini beberapa pendapat para ahli di bidang pendidikan mengenai tujuan dari pendidikan :
John dewey, seorang ahli filsafat dan ahli didik bangsr Amerika berpendapat bahwa pendidikan kemasyarakatanlah yang lebih penting dari pada pendidikan individual. Tujuan pendidikan menurut dewey ialah membentuk ,manusia untuk menjadi warga negara yang baik, untuk itu disekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Anak dididik untuk menjadi orang yang menurut kepad.a pimoinan dan dapat memberikan pimpinan atau menjadi seorang yang ahli dalam suatu teknik. Pendeknya pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup dalarn masyarakat.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengemukakan pei.dapatnya mengenai tujuan pendidikan, tujuan dari pendidikan ialah harus memberikan pengetahuan yang perlu diberikan kepada peserta didik dan berguna untuk kemerdekaan hidup baik lahir maupun batin didalam bermasyarakat dan membiasakan peserta didik untuk mencari segala ilmu dan mempergunakannya untuk amal keperluan umum.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan umum dari pendidikan yang sebenarnya adalah membawa peserta didik kearah kedewasaannya baik dewasa secara intelektual, fisik maupun mentalnya.

2.3 Macam-Macam Tujuan didalam Pendidikan
Langeveld dalam bukunya Beknopte Theoretische Paedagogiek mengutarakan macam-macam tujuan pendiddikan sebagai berikut:

2.3.1 Tujuan Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan didalam pendidikan yang telah ditetapkan oleh pendidik, yang mesti dicapai.

2.3.2 Tujuan Tujvan Tak Sempurna
Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berbhubungan dengan nilainilai hidup seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan dan selcsual. Oleh karena itu kita dapat jugga mengatakan pendidikan keindahan, pendidikan kesusilan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan kemasyarakatan.
Tujuan tak sempurna ini bergantung kepada tujuan umum dan tidak dapat terlepas dari tujuan umum.

2.3.3 Tujuan-tujan Sementara
Tujuan-tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan yang me-auju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar kebersihan, belajar berbicara dan belajar bermain-main dengan temnnya.
Umpamanya, kita melatih anak belajar berbicara sampai anak itu, sekarang dapat berbicara. Dalam hal ini tujuan kita telah tercapai (tujuan sementara) yaitu anak dapat berbicara, tetapi, tidak hanya sampai di situ tujuan kita. Anak kita ajarkan berbicara agar anak itu dapat berbicara dengan baik dan sopan santun terhadap sesama manusia. Disini tujuan sementaranya adalah agar anak bisa berbicara, etelah tercapai tujuan sementara, maka tinggal tujuan umumnya yang kita capai yaitu anak berusaha bicara dengan sopan dan santun.

2.3.4 Tujuan-tujuan pelantara
Tujuan ini bergantung pada tujuan tujuan sementara, umPamanYa tujuan sementaranya si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah ditentukan untuk apa anak belajar menulis dan membaca itu, dapatlah sekarang berbagai macam kemungkinan untuk mencapainya itu dipandang sebagai tujuan pelantara, seperti metode mengajar dan metode membaca.




2.4 Batas Batas Kemnnglunan Pendidikan
Apabila kita berbicara mengenai kemungkinan, erat kaitannya dengan masa depan begitu juga dengan dunia pendidikan. Untuk masa depan dunia pendidikan itu memiliki dua kemungkinan, yang pertama pendidikan itu bisa lebih maju dan juga bisa lebih mundur tergantung penerapan pendidikan itu sendiri. Pendidikan di Indonesia bisa saja maju apabila pendidikan yang diberikan sesuai dengan tujuan dwsm dari pendidikan itu sendiri, akan tetapi pendidikan tersebut bisa saja lebih terpuruk apabila dalam proses pendidikan itu sendiri melenceng dari tujuan dasar pendidikan. Maka dari itu kita sebagai ealon pendidik mesti tahu mengenai batas-batas pendidikan, agar pendidikan itu bisa lebih terarah dan tepat saran juga tentunya lebih maju lagi, berikut dibawah ini batas-batas pendidikan.

2.4.1 Batas-batas pendidikan pada peserta didik :
Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya.

2.4.2 Batas-batas pendidikan pada pendidik :
Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga tidak mungkin peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang akan menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat ditolerir, karena pendidikan pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.

2.4.3 Batas-batas pendidikan dalam tingkungan dan sarana pendidikan :
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan BAB III


















BAB III
SIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang disadari dan terencana baik yang xnendidik maupun peserta didik, yakni dalam rangka mengembangkan potensi anak dalam rangka mengengembangkan potensinya atau kemampuannya yang diharapkan oleh berbagai pihak.
2. Tujuan umum dari pendidikan yang sebenarnya adalah membawa peserta didik kearah kedewasaannya baik dewasa secara intelektual, fisik maupun mentalnya.
3. Pendidikan di Indonesia memiliki dua kemungkinan, yaitu pendidikan bias lebih maju dan juga bias lebih mundur. Pendidikan akan maju apabila pendidikan tersebut sesuai dengan tujuannya, akan tetapi pendidikan bias saja mundur apabila tujuan pendidikan tersebut tidak tercapai.

sejarah kebudayaan islam

MAKALAH
KEBUDAYAAN ISLAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri
Pada Mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam





Disusun Oleh :
Enceng Maki Munawar
NIM : 208 204 181

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam di MI yang dibina oleh Bapak Pepen Supendi, S.Pd.I.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan penulis. Namun, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai Sejarah Kebudayaan Islam di MI khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi yang membaca.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan apabila penulis tidak mandapatkan bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini. Untuk itu, tiada kata yang ingin penulis ucapkan selain ucapan Alhamdulillah dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.


` Bandung, Mei 2010

Penulis







BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Muhammad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang.
Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat. Sebagai akibatnya, di Barat telah timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang yang ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, filsafat, cara berpikir dan pengetahuannya dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan yang sangat mendesak.
Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan yang ada.
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia
Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.
Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisme itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apa kebudayaan islam itu ?
3. Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini ?

C. TUJUAN
Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut ;
1. dapat mengetahui pengertian kebudayaan
2. dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
3. dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari

D. MANFAAT
Dari tujuan di atas maka setealah mendiskusikan kita dapat memperoleh mamfaat begitu besar seperti
1. dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan informasi kepada orang lain
2. dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan islam
3. dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari






















BAB II
PEMBAHASAN

A. KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-unsur kebuyaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
• Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik .
• Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik)
3. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.



4. Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
• Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
• Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
5. Penetrasi budaya
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
• Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.


• Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyaraka
B. KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan. Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian. Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.
Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan bangsanya, kebudayaan Melayu.
Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia tidak diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut, yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan difikirkan.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.
Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)








BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan(ii).
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar untuk berubah.
Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas, maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam pun dapat pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir dalam sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan. Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
Lebih jauh Syed Naquib Al-Attas menyatakan: Maka dengan pengertian faham agama yang bernisbah kepada kebudayaan seperti yang biasa difahamkan dalam pengalaman Kebudayaan Barat itu tiada pula dapat dikenakan kepada agama Islam –berbeda dari yang lain yang sesungguhnya merupakan keagamaan belaka, bukan hasil renungan atau teori, bukan hasil agung dayacipta insan sebagaimana kebudayaan itu hasil usaha dan dayaciptanya dalam tindakan menyesuaikan dirinya menghadapi keadaan alam sekeliling. Islam adalah agama dalam erti kata yang sebenarnya, iaitu agama yang ditanzilkan oleh Allah Yang Mahasuci lagi Mahamurni dengan perantara wahyu menerusi PesuruhNya yang Terpilih, dan dasar-dasar akidahnya dinyatakan dalam Kitab Suci Al-Qur’anu’l-Karim, dan amalan-amalannya dicarakan dalam Sunnah NabiNya yang Agung itu. Dipandang sebagai suatu peristiwa sejarah pun maka Islam itulah yang mengakibatkan timbulnya kebudayaan Islam, dan bukan sebaliknya: bukanlah sesuatu kebudayaan itu yang mengakibatkan timbulnya agama Islam(vi). Sementara Prof. Dr. Amer Al-Roubai menyatakan: Di Barat, agama adalah bagian dari kebudayaan, sedangkan di Islam, budaya didefinisikan oleh agama, islam bukanlah hasil dari produk budaya (seperti yang dituduhkan oleh Nasr Hamd Abu Zayd). Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban Islam. Peradaban Islam memiliki pandangan hidup (worldview) yang berbeda dengan peradaban lain. Cara pandang hidup yang berbeda inilah yang menghasilkan konsep-konsep yang berbeda pula. Oleh karena itu, merupakan hak Islam untuk menggunakan pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-Attas: ar-Ruyatul al Islam li al-wujud) untuk memahami setiap keberadaan, termasuk kebudayaan.
B. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula.


DAFTAR PUSTAKA


Hamka, Peladjaran Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1956
Ilmu Budaya Dasar,
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974
Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, Institut Antarbangsa
http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-kebudayaan.html
http://www.ikhwan-global-locus.info/?module=rums&act=detail&id=27
http://www.wikipedia.com